1. Pengertian Ekologi Hutan
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu :
Oikos = Tempat Tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telaah
Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur
dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur
ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan
tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa,
penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan
kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara
keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa
ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya.
Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari
ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan
antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar
dan alam lingkungannya sangat erat.
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat
hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing
komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan
saling memengaruhi dan saling bergantung. Berkaitan dengan hal
tersebut, perlu diperhatikan beberapa definisi tentang hutan sebagai
berikut.
(1) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI
No. 41 Tahun 1999).
(2) Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk., 1992).
(3) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai atau
didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang
berbeda dengan keadaan diluar hutan (Soerianegara dan Indrawan, 1982).
(4) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup
dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan,
serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan
dinamis (Arief, 1994).
Gambar. 1. Hutan sebagai masyarakat tumbuh-tumbuhan
2. Bidang Kajian Ekologi Hutan
Di dalam ekologi hutan ada dua bidang kajian, yaitu : Autekologi dan Sinekologi.
(1) Autekologi, yaitu ekologi yang
mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan
antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk
autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon
merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang
mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan
saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur
dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di
hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam,
hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain
sebagainya.
| |
Autekologi | Sinekologi |
Gambar 2. Bidang Kajian Ekologi Hutan
Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu
faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang
sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari
pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu
jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat
dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu
jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi
sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai
suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh
terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor
ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun
populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya
dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi)
itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan
mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini
diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
3. Ilmu – ilmu yang berkaitan
Mempelajari ekologi hutan merupakan kegiatan manusia secara menyeluruh
dengan tujuan mengarahkan atau memelihara ekosistem hutan dalam keadaan
yang memungkinkan untuk selalu bisa dijadikan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan manusia sepanjang masa. Mengingat hutan merupakan suatu
ekosistem, dan setiap ekosistem apa pun dibentuk oleh banyak komponen
baik komponen hayati maupun komponen nonhayati, maka semua informasi
tentang masing masing komponen sangat penting, dan untuk itu diperlukan
bidang ilmu yang relevan terhadap kajian komponen ekosistem. Oleh karena
itu, beberapa bidang ilmu yang relevan dengan ekologi hutan diuraikan
sebagai berikut (Arief, 1994; Soerianegara dan Indrawan, 1982).
1. Taksonomi Tumbuh-tumbuhan
Spesies pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam hutan sangat
beranekaragam, dibutuhkan pengenalan sifat generatif yang berdasar pada
sifat-sifat bunga dan buah. Untuk itu diperlukan buku-buku praktis
mengenai flora dan pengenalan spesies pohon. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, seringkali dijumpai pohon pohon yang dalam keadaan sedang
tidak berbunga atau berbuah, sehingga pengenalan sifat vegetatif sebagai
alternatif pengganti sangat diperlukan. Indonesia dikenal karena
hutannya kaya flora, akan tetapi pengenalan terhadap pohon dan spesies
tumbuhan lainnya masih sangat kurang. Di hutan Indonesia diprakirakan
ada lebih kurang 4.000 spesies pohon, tetapi spesies-spesies pohon itu
belum dicakup secara rinci dalam buku buku tentang flora. Oleh karena
itu, pengenalan jenis pohon masih bergantung kepada jasa dari
orang-orang yang tinggal di daerah setempat, juga dengan cara mengoleksi
contoh organ tumbuhan untuk dideterminasi yang kemudian disusun daftar
nama pohon berdasarkan daerah asalnya. Cara demikian dapat membantu dan
mempermudah studi komunitas tumbuhan dan kegiatan inventarisasi hutan.
2. Geologi dan Geomorfologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk batuan,
lapisan-lapisan batuan, dan fosil yang terdapat di dalam bumi.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi
termasuk proses dan evolusi pembentukannya. Keadaan geologi dan
geomorfologi sangat memengaruhi keadaan hutan. Pada kondisi iklim yang
sama, jenis-jenis batuan yang berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang
berbeda. Pada jenis tanah tertentu juga akan menghasilkan tipe
komunitas tumbuhan tertentu. Demikian pula kondisi topografi dan relief
mempengaruhi komposisi dan struktur hutan karena kondisi topografi dan
relief yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada kesuburan tanah dan
kondisi air tanah. Selain itu, perbedaan letak suatu tempat (ketinggian
tempat dari permukaan laut) akan menyebabkan perbedaan iklim dan
berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan.
3. Ilmu Tanah
Tanah adalah tubuh alam (bumi) yang berasal dari berbagai campuran hasil
pelapukan oleh iklim dan terdiri atas komposisi bahan organik dan
anorganik yang menyelimuti bumi, sehingga mampu menyediakan air, udara,
dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai tempat berdiri tegaknya
tumbuh-tumbuhan. Ilmu tanah murni sering disebut pedologi, sedangkan
ilmu yang mempelajari tanah dari sudut pandang sebagai faktor tempat
tumbuh disebut edafologi. Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan
tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kesuburan tanah akan berpengaruh
terhadap tipe vegetasi yang terbentuk serta berpengaruh terhadap
keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu faktor
pembatas alam yang memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan,
struktur, dan komposisi vegetasi, sehingga akan berpengaruh terhadap
tipe hutannya.
4. Klimatologi
Salah satu faktor penting yang memengaruhi penyebaran dan pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim seperti temperatur,
curah hujan, kelembapan, dan tekanan nap air berpengaruh terhadap
pertumbuhan pohon. Pengaruh iklim terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan
sangat nyata, terlebih lagi iklim mikro di suatu tempat yang bergantung
kepada keadaan topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer
juga ikut menentukan sifat iklim setempat dan regional. Adanya perbedaan
iklim akan menimbulkan variasi dalam formasi hutan (Arief,1994).
Sebaliknya kondisi vegetasi atau komunitas tumbuhan hutan juga
memengaruhi atau mengendalikan perubahan terhadap unsur-unsur iklim,
sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi iklim lokal sangat bergantung
kepada kondisi vegetasi yang ada.
5. Genetika
Ilmu genetika mempunyai peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Pengaruh genetik dari tumbuhan yang satu
terhadap tumbuhan lainnya dapat diketahui dengan ilmu genetika. Apabila
ada dua atau lebih tumbuhan yang hidup berdekatan akan menyebabkan
terjadinya perkawinan silang atau hibridisasi di antara mereka. Akibat
dari perkawinan silang ini akan muncul keturunan baru yang memiliki
sifat hampir sama dengan kedua induknya. Untuk itu, pengetahuan tentang
genetika diperlukan dalam mengenal sifat-sifat berbagai spesies tumbuhan
dan makhluk hidup yang lain termasuk sifat-sifat ekologinya.
6. Geografi Tumbuhan
Dulunya ilmu ekologi, ekologi tumbuhan merupakan cabang dari ilmu geografi tumbuhan (phytogeography)
yang membahas pengaruh faktor lingkungan terhadap penyebaran tumbuhan.
Dari sudut pandang aspek komunitas tumbuhan, ekologi hutan sama dengan
ekologi tumbuhan. Akan tetapi dari sudut pandang ekosistem, maka ekologi
hutan memiliki cakupan yang lebih luas dari ekologi tumbuhan. Oleh
karena itu, ekologi hutan sangat berkaitan dengan ilmu geografi tumbuhan
mengingat pola penyebaran berbagai Spesies pohon perlu diketahui dalam
kaitannya dengan perbedaan kondisi fisik bumi, kondisi iklim,
geomorfologi, dan kondisi fisiografi. Ini semua diperlukan karena sangat
membantu dalam mempelajari susunan dan penyebaran formasi hutan.
7. Fisiologi dan Biokimia
Kajian dari segi autekologi terhadap makhluk hidup yang ada di dalam
hutan hampir sama dengan kajian fisiologi (fisiologi tumbuhan maupun
fisiologi hewan). Telah dikemukakan bahwa fisiologi mempelajari proses
kerja yang terjadi dalam tubuh organisme. Salah satu proses yang terjadi
di dalam tubuh organisme ada proses yang bersifat kimia yang dinamakan
proses biokimia. Sebagai contoh pengetahuan tentang proses pembentukan
resin pada pohon anggota genus Pinus, pembentukan damar pada pohon
anggota famili Dipterocarpaceae, pembentukan lateks pada pohon Hevea brassiliensis, Dyera costulata, pembentukan kopal pada pohon anggota genus Agathis, pembentukan kemenyan pada pohon Styrax benzoin,
dan pengetahuan tentang proses biokimia lainnya sangat diperlukan. Hal
ini dimaksudkan agar dapat diketahui unsur-unsur lingkungan apa yang
berpengaruh terhadap produksi resin, damar, lateks, kopal, atau
kemenyan.
PUSTAKA :
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia.
Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.
Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.