Saat sedang dalam perjalanan menggunakan angkutan umum, kamu pasti
pernah dong berbincang-bincang basa-basi dengan penumpang lain yang
duduk di sebelahmu. Nah, salah satu pertanyaan yang paling sering
orang-orang tanyakan kepada kita untuk basa-basi adalah (kalau kamu
kuliah) tentang fakultas atau jurusanmu.
Kalau kamu kuliah di
fakultas/jurusan yang familiar di telinga khalayak umum – seperti
Fakultas Ekonomi atau Kedokteran – orang-orang pasti dengan mudahnya
mengerti dan paham. Nah, petaka bagi mahasiswa yang fakultas/jurusannya
nggak begitu mainstream — Fakultas Kehutanan misalnya. Orang-orang awam
pasti akan heran dan mulai melemparkan pertanyaan-pertanyaan aneh bin
ajaib. Seperti inilah kira-kira kehidupan yang dialami oleh mahasiswa
Fakultas Kehutanan!
klik untuk melanjutkannya
Saturday, 5 March 2016
Friday, 26 February 2016
Ekosistem
sumber: www.irwantoshut.com
Pengertian Ekosistem
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A.G. Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993)
Pengertian Ekosistem
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A.G. Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993)
Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut :
Ruang Lingkup Ekologi Hutan
1. Pengertian Ekologi Hutan
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu :
Oikos = Tempat Tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telaah
Logos = Ilmu, telaah
Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara
keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa
ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya.
Monday, 22 February 2016
Ekosistem .:: HUTAN HUJAN TROPIS ::.
Saturday, 20 February 2016
Formasi Ekosistem Hutan
Formasi ekosistem hutan terjadi akibat pengaruh faktor lingkungan yang dominan terhadap pembentukan dan perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan. Pengelompokan formasi hutan didasari oleh paham klimaks, yaitu komunitas akhir yang terjadi selama proses suksesi. Paham klimaks berkaitan dengan adaptasi tumbuh-tumbuhan secara keseluruhan mencakup segi fisiologis, morfologis, syarat pertumbuhan, dan bentuk tumbuhnya, sehingga kondisi ekstrem dari pengaruh iklim dan tanah akan menyebabkan efek adaptasi pohon serta tumbuh-tumbuhan lainnya menjadi nyata. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap bentuk susunan ekosistem hutan (formasi hutan).
Berdasarkan atas faktor lingkungan yang memiliki pengaruh dominan terhadap bentuk susunan komunitas atau ekosistem hutan, maka ekosistem hutan dikelompokkan ke dalam dua formasi, yaitu formasi klimatis dan formasi edafis. Formasi klimatis disebut juga formasi klimaks iklim, sedangkan formasi edafis disebut juga formasi klimaks edafis. Pengertian dari masing-masing formasi adalah sebagai berikut.
EKOLOGI HUTAN .:: Mempelajari EKOSISTEM HUTAN ::.
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu :
Oikos = Tempat Tinggal (rumah)
Logos = Ilmu, telaah
Logos = Ilmu, telaah
Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara
keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa
ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya.
Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat erat.
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa definisi tentang hutan sebagai berikut.
(1) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999).
(2) Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk., 1992).
(3) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan (Soerianegara dan Indrawan, 1982).
(4) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief, 1994).
Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat erat.
Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa definisi tentang hutan sebagai berikut.
(1) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999).
(2) Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk., 1992).
(3) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan (Soerianegara dan Indrawan, 1982).
(4) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief, 1994).

Gambar. 1. Hutan sebagai masyarakat tumbuh-tumbuhan
2. Bidang Kajian Ekologi Hutan
Di dalam ekologi hutan ada dua bidang kajian, yaitu : Autekologi dan Sinekologi.
(1) Autekologi, yaitu ekologi yang
mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan
antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk
autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon
merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
(2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
![]() | ![]() |
---|---|
Autekologi | Sinekologi |
Gambar 2. Bidang Kajian Ekologi Hutan
Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu
faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang
sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari
pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu
jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat
dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu
jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi
sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai
suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh
terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor
ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun
populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya
dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi)
itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan
mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini
diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
3. Ilmu – ilmu yang berkaitan
Mempelajari ekologi hutan merupakan kegiatan manusia secara menyeluruh
dengan tujuan mengarahkan atau memelihara ekosistem hutan dalam keadaan
yang memungkinkan untuk selalu bisa dijadikan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan manusia sepanjang masa. Mengingat hutan merupakan suatu
ekosistem, dan setiap ekosistem apa pun dibentuk oleh banyak komponen
baik komponen hayati maupun komponen nonhayati, maka semua informasi
tentang masing masing komponen sangat penting, dan untuk itu diperlukan
bidang ilmu yang relevan terhadap kajian komponen ekosistem. Oleh karena
itu, beberapa bidang ilmu yang relevan dengan ekologi hutan diuraikan
sebagai berikut (Arief, 1994; Soerianegara dan Indrawan, 1982).
1. Taksonomi Tumbuh-tumbuhan
Spesies pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam hutan sangat
beranekaragam, dibutuhkan pengenalan sifat generatif yang berdasar pada
sifat-sifat bunga dan buah. Untuk itu diperlukan buku-buku praktis
mengenai flora dan pengenalan spesies pohon. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, seringkali dijumpai pohon pohon yang dalam keadaan sedang
tidak berbunga atau berbuah, sehingga pengenalan sifat vegetatif sebagai
alternatif pengganti sangat diperlukan. Indonesia dikenal karena
hutannya kaya flora, akan tetapi pengenalan terhadap pohon dan spesies
tumbuhan lainnya masih sangat kurang. Di hutan Indonesia diprakirakan
ada lebih kurang 4.000 spesies pohon, tetapi spesies-spesies pohon itu
belum dicakup secara rinci dalam buku buku tentang flora. Oleh karena
itu, pengenalan jenis pohon masih bergantung kepada jasa dari
orang-orang yang tinggal di daerah setempat, juga dengan cara mengoleksi
contoh organ tumbuhan untuk dideterminasi yang kemudian disusun daftar
nama pohon berdasarkan daerah asalnya. Cara demikian dapat membantu dan
mempermudah studi komunitas tumbuhan dan kegiatan inventarisasi hutan.
2. Geologi dan Geomorfologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk batuan,
lapisan-lapisan batuan, dan fosil yang terdapat di dalam bumi.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi
termasuk proses dan evolusi pembentukannya. Keadaan geologi dan
geomorfologi sangat memengaruhi keadaan hutan. Pada kondisi iklim yang
sama, jenis-jenis batuan yang berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang
berbeda. Pada jenis tanah tertentu juga akan menghasilkan tipe
komunitas tumbuhan tertentu. Demikian pula kondisi topografi dan relief
mempengaruhi komposisi dan struktur hutan karena kondisi topografi dan
relief yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada kesuburan tanah dan
kondisi air tanah. Selain itu, perbedaan letak suatu tempat (ketinggian
tempat dari permukaan laut) akan menyebabkan perbedaan iklim dan
berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan.
3. Ilmu Tanah
Tanah adalah tubuh alam (bumi) yang berasal dari berbagai campuran hasil
pelapukan oleh iklim dan terdiri atas komposisi bahan organik dan
anorganik yang menyelimuti bumi, sehingga mampu menyediakan air, udara,
dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai tempat berdiri tegaknya
tumbuh-tumbuhan. Ilmu tanah murni sering disebut pedologi, sedangkan
ilmu yang mempelajari tanah dari sudut pandang sebagai faktor tempat
tumbuh disebut edafologi. Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan
tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kesuburan tanah akan berpengaruh
terhadap tipe vegetasi yang terbentuk serta berpengaruh terhadap
keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu faktor
pembatas alam yang memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan,
struktur, dan komposisi vegetasi, sehingga akan berpengaruh terhadap
tipe hutannya.
4. Klimatologi
Salah satu faktor penting yang memengaruhi penyebaran dan pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim seperti temperatur,
curah hujan, kelembapan, dan tekanan nap air berpengaruh terhadap
pertumbuhan pohon. Pengaruh iklim terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan
sangat nyata, terlebih lagi iklim mikro di suatu tempat yang bergantung
kepada keadaan topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer
juga ikut menentukan sifat iklim setempat dan regional. Adanya perbedaan
iklim akan menimbulkan variasi dalam formasi hutan (Arief,1994).
Sebaliknya kondisi vegetasi atau komunitas tumbuhan hutan juga
memengaruhi atau mengendalikan perubahan terhadap unsur-unsur iklim,
sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi iklim lokal sangat bergantung
kepada kondisi vegetasi yang ada.
5. Genetika
Ilmu genetika mempunyai peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Pengaruh genetik dari tumbuhan yang satu
terhadap tumbuhan lainnya dapat diketahui dengan ilmu genetika. Apabila
ada dua atau lebih tumbuhan yang hidup berdekatan akan menyebabkan
terjadinya perkawinan silang atau hibridisasi di antara mereka. Akibat
dari perkawinan silang ini akan muncul keturunan baru yang memiliki
sifat hampir sama dengan kedua induknya. Untuk itu, pengetahuan tentang
genetika diperlukan dalam mengenal sifat-sifat berbagai spesies tumbuhan
dan makhluk hidup yang lain termasuk sifat-sifat ekologinya.
6. Geografi Tumbuhan
Dulunya ilmu ekologi, ekologi tumbuhan merupakan cabang dari ilmu geografi tumbuhan (phytogeography)
yang membahas pengaruh faktor lingkungan terhadap penyebaran tumbuhan.
Dari sudut pandang aspek komunitas tumbuhan, ekologi hutan sama dengan
ekologi tumbuhan. Akan tetapi dari sudut pandang ekosistem, maka ekologi
hutan memiliki cakupan yang lebih luas dari ekologi tumbuhan. Oleh
karena itu, ekologi hutan sangat berkaitan dengan ilmu geografi tumbuhan
mengingat pola penyebaran berbagai Spesies pohon perlu diketahui dalam
kaitannya dengan perbedaan kondisi fisik bumi, kondisi iklim,
geomorfologi, dan kondisi fisiografi. Ini semua diperlukan karena sangat
membantu dalam mempelajari susunan dan penyebaran formasi hutan.
7. Fisiologi dan Biokimia
Kajian dari segi autekologi terhadap makhluk hidup yang ada di dalam
hutan hampir sama dengan kajian fisiologi (fisiologi tumbuhan maupun
fisiologi hewan). Telah dikemukakan bahwa fisiologi mempelajari proses
kerja yang terjadi dalam tubuh organisme. Salah satu proses yang terjadi
di dalam tubuh organisme ada proses yang bersifat kimia yang dinamakan
proses biokimia. Sebagai contoh pengetahuan tentang proses pembentukan
resin pada pohon anggota genus Pinus, pembentukan damar pada pohon
anggota famili Dipterocarpaceae, pembentukan lateks pada pohon Hevea brassiliensis, Dyera costulata, pembentukan kopal pada pohon anggota genus Agathis, pembentukan kemenyan pada pohon Styrax benzoin,
dan pengetahuan tentang proses biokimia lainnya sangat diperlukan. Hal
ini dimaksudkan agar dapat diketahui unsur-unsur lingkungan apa yang
berpengaruh terhadap produksi resin, damar, lateks, kopal, atau
kemenyan.
PUSTAKA :
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.
Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
Friday, 19 February 2016
SILVIKULTUR HUTAN ALAM TROPIKA
Oleh : Febian F Tetelay
Peta Lokasi Daerah Tropis
Gambar Hubungan Kandungan Unsur Hara di dalam Vegetasi dan di dalam Tanah
Sumber : Ruhiyat (1983) dalam Weidelt (1995)
LINGKUNGAN HUTAN TROPIS
A. Lokasi Hutan Tropis
Sebelum masuk dalam kuliah Silvikultur Hutan Alam Tropis terlebih dahulu dipelajari lokasi Hutan Tropis di Bumi. Secara geografis daerah tropis mencakup wilayah yang terletak di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capricornus, yaitu antara 23°27’ Lintang Utara dan 23°27’ Lintang Selatan. Meliputi wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Menurut Koeppen (1930) daerah tropis adalah wilayah yang terletak di antara garis isoterm 180 C bulan terdingin. Daerah tropis secara keseluruhan mencakup 30 % dari luas permukaan bumi. Hutan Tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis. |
![]() |
---|

Peta Lokasi Daerah Tropis
B. Faktor Iklim
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor iklim daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur.
1.Temperatur
Suhu udara rata-rata tahunan di daerah tropis umumnya tinggi (di atas 180°C dengan perubahan antara suhu rata-rata pada bulan terpanasdan terdingin sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa di daerah tropis ini suhu udara hampir sama sepanjang tahun. Perubahan suhu harian, antara suhu minimum dan maksimum harian cukup tinggi. Sebagai contoh disampaikan keadaan temperatur udara di Bogor (300 m dpl) sebagai berikut :
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor iklim daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur.
1.Temperatur
Suhu udara rata-rata tahunan di daerah tropis umumnya tinggi (di atas 180°C dengan perubahan antara suhu rata-rata pada bulan terpanasdan terdingin sangat rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa di daerah tropis ini suhu udara hampir sama sepanjang tahun. Perubahan suhu harian, antara suhu minimum dan maksimum harian cukup tinggi. Sebagai contoh disampaikan keadaan temperatur udara di Bogor (300 m dpl) sebagai berikut :
Suhu Rata-Rata Bulanan | |
Maksimum (Juli) | 25,3°C |
Minimum (Juni) | 24,3°C |
Perbedaan | 1,0°C |
Suhu Rata-Rata Harian | |
Maksimum (Pkl 14.00) | 32,4°C |
Minimum (Pkl 06.00) | 23,4°C |
Perbedaan | 9,0°C |
Perbedaan suhu akan berkaitan pula dengan tinggi
tempat di atas permukaan laut (d.p.l). Semakin tinggi suatu tempat suhu
akan semakin turun, rata-rata setiap penambahan tinggi suatu sebesar 100
m suhu akan turun 0,4 – 0,7°C.
2. Curah Hujan
Curah hujan di daerah tropis umumnya tinggi. Di sekitar equator (Lintang 00) mempunyai curah hujan yang tertinggi dan semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang.
Matahari akan berada tepat diatas equator (zenit) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Pada saat matahari berada tepat di atas equator akan terjadi pemanasan yang tinggi, udara lembab akan bergerak naik dan menjadi dingin sehingga akan terbentuk awan yang selanjutnya akan turun kembali sebagai hujan.
Pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh angin, yaitu angin Pasat Timur Laut dan angin Pasat Tenggara, dan untuk daerah Asia Tenggara dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsun (angin Musim), yaitu angin Monsun Timur Laut dan angin Monsun Tenggara.
Adanya angin tersebut akan menimbulkan adanya periodisasi curah hujan, yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hal ini mempunyai arti penting baik bagi vegetasi secara umum maupun dalam hal pemanfaatan lahan.
Besar kecilnya curah hujan di daerah tropis juga dipengaruhi oleh tinggi tempat dan jarak tempat dari permukaan laut. Pada suatu wilayah pegunungan curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya semakin berkurang (Lauer, 1976 dalam Weidelt, 1995).
Ciri lain curah hujan di wilayah tropis adalah adalah tingginya intensitas curah hujan. Sebagai contoh : tahun 1974 di daerah Honduras terjadi curah hujan sebesar 1.000 mm dalam kurun waktu 48 jam, di Baguio (Filiphina) tercatat curah hujan sebesar 1.130 mm dalam 24 jam dan di Venezuela sebesar 1.200 mm hanya dalam jangka waktu 4 jam.
3. Cahaya
Daerah tropis mempunyai lama penyinaran matahari yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang sangat rendah. Radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan berkurang dengan adanya awan dan kelembaban udara yang tinggi.
Di Hutan hanya pohon-pohon yang tertinggi saja yang menerima cahaya secara penuh. Perlindungan terhadap tingginya intensitas cahaya dilakukan antara lain : warna daun muda yang merah kecoklatan, panphotometri dan adanya permukaan tajuk yang mengkilat.
Pada lapisan tajuk bagian bawah intensitas cahaya akan semakin berkurang dan intensitas cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah hanya sekitar 1%. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting terutama untuk ruangan di antara lapisan tajuk bagian tengah dan permukaan tanah, dimana pada ruangan tersebut terdapat permudaan berbagai jenis pohon.
C. Tanah Hutan
Tanah hutan tropis mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis tanah di wilayah iklim yang lain, oleh sebab itu tanah hutan tropis dapat dipisahkan dalam satu cabang keilmuan tersendiri, yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi silvikultur hutan tropis.
Perkembangan tanah yang berlangsung sangat lama dan tanpa adanya gangguan, tingginya curah hujan dan suhu udara menyebabkan terjadinya proses pelapukan yang intensif dan pencucian yang dalam. Akibatnya tanah hutan tropis mengandung unsur-unsur hara yang sangat berbeda dengan batuan induknya, miskin akan unsur mineral dan mempunyai kandungan Fe dan Al yang tinggi.
Kandungan mineral Liat Sekunder (kaolinit dan gibsit) cukup tinggi dan apabilan dibandingkan dengan mineral lempung primer (illit dan montmorilonit), mineral sekunder tersebut mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang lebih rendah. Fungsi penyimpanan unsur hara pada hutan tropis yang belum terganggu dilakukan oleh lapisan humus. Lapisan humus ini mempunyai KTK yang sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan illit dan montmorilonit.
Walaupun produktivitas bahan organik di daerah tropis sangat tinggi (sekitar 10-20 ton/ha/tahun), tetapi hutan tidak kaya akan humus. Lapisan humus hanya terbatas pada lapisan tanah bagian atas. Pelapukan yang diikuti dengan proses mineralisasi berlangsung cepat (hanya dalam beberapa bulan); sekitar 0,4-0,6% per hari di hutan dataran rendah dan antara 0,2-0,4 persen per hari di hutan dataran tinggi. Adanya proses tersebut menyebabkan kandungan humus selalu mencukupi, yang selanjutnya akan mendukung penyediaan unsur hara untuk vegetasi di atasnya.
Unsur hara yang dapat dimanfaatkan tumbuhan hanya ada dipermukaan tanah, terkonsentrasi pada lapisan humus. Penyerapan unsur hara tersebut oleh tumbuhan didukung adanya sistem perakaran dengan akar rambut yang tebal dan adanya mikoriza. Hal ini menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tumbuhan menjadi lebih optimal.
Dengan adanya proses pemupukan alami dan didukung sistem penyerapan unsur hara yang optimal tanah hutan tropis yang miskin mampu mendukung kehidupan tegakan diatasnya. Dapat dikatakan bahwa dalam siklus hara yang tertutup tersebut kandungan unsur hara terbesar terletak pada vegetasi atau tegakan hutan. Penelitian Ruhiyat (1983) di Kalimantan Timur tentang komposisi unsur hara di dalam tanah dan pada vegetasi adalah sebagai berikut :
2. Curah Hujan
Curah hujan di daerah tropis umumnya tinggi. Di sekitar equator (Lintang 00) mempunyai curah hujan yang tertinggi dan semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang.
Matahari akan berada tepat diatas equator (zenit) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Pada saat matahari berada tepat di atas equator akan terjadi pemanasan yang tinggi, udara lembab akan bergerak naik dan menjadi dingin sehingga akan terbentuk awan yang selanjutnya akan turun kembali sebagai hujan.
Pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh angin, yaitu angin Pasat Timur Laut dan angin Pasat Tenggara, dan untuk daerah Asia Tenggara dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsun (angin Musim), yaitu angin Monsun Timur Laut dan angin Monsun Tenggara.
Adanya angin tersebut akan menimbulkan adanya periodisasi curah hujan, yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau. Hal ini mempunyai arti penting baik bagi vegetasi secara umum maupun dalam hal pemanfaatan lahan.
Besar kecilnya curah hujan di daerah tropis juga dipengaruhi oleh tinggi tempat dan jarak tempat dari permukaan laut. Pada suatu wilayah pegunungan curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya semakin berkurang (Lauer, 1976 dalam Weidelt, 1995).
Ciri lain curah hujan di wilayah tropis adalah adalah tingginya intensitas curah hujan. Sebagai contoh : tahun 1974 di daerah Honduras terjadi curah hujan sebesar 1.000 mm dalam kurun waktu 48 jam, di Baguio (Filiphina) tercatat curah hujan sebesar 1.130 mm dalam 24 jam dan di Venezuela sebesar 1.200 mm hanya dalam jangka waktu 4 jam.
3. Cahaya
Daerah tropis mempunyai lama penyinaran matahari yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan perbedaan yang sangat rendah. Radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan berkurang dengan adanya awan dan kelembaban udara yang tinggi.
Di Hutan hanya pohon-pohon yang tertinggi saja yang menerima cahaya secara penuh. Perlindungan terhadap tingginya intensitas cahaya dilakukan antara lain : warna daun muda yang merah kecoklatan, panphotometri dan adanya permukaan tajuk yang mengkilat.
Pada lapisan tajuk bagian bawah intensitas cahaya akan semakin berkurang dan intensitas cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah hanya sekitar 1%. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting terutama untuk ruangan di antara lapisan tajuk bagian tengah dan permukaan tanah, dimana pada ruangan tersebut terdapat permudaan berbagai jenis pohon.
C. Tanah Hutan
Tanah hutan tropis mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis tanah di wilayah iklim yang lain, oleh sebab itu tanah hutan tropis dapat dipisahkan dalam satu cabang keilmuan tersendiri, yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi silvikultur hutan tropis.
Perkembangan tanah yang berlangsung sangat lama dan tanpa adanya gangguan, tingginya curah hujan dan suhu udara menyebabkan terjadinya proses pelapukan yang intensif dan pencucian yang dalam. Akibatnya tanah hutan tropis mengandung unsur-unsur hara yang sangat berbeda dengan batuan induknya, miskin akan unsur mineral dan mempunyai kandungan Fe dan Al yang tinggi.
Kandungan mineral Liat Sekunder (kaolinit dan gibsit) cukup tinggi dan apabilan dibandingkan dengan mineral lempung primer (illit dan montmorilonit), mineral sekunder tersebut mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang lebih rendah. Fungsi penyimpanan unsur hara pada hutan tropis yang belum terganggu dilakukan oleh lapisan humus. Lapisan humus ini mempunyai KTK yang sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan illit dan montmorilonit.
Walaupun produktivitas bahan organik di daerah tropis sangat tinggi (sekitar 10-20 ton/ha/tahun), tetapi hutan tidak kaya akan humus. Lapisan humus hanya terbatas pada lapisan tanah bagian atas. Pelapukan yang diikuti dengan proses mineralisasi berlangsung cepat (hanya dalam beberapa bulan); sekitar 0,4-0,6% per hari di hutan dataran rendah dan antara 0,2-0,4 persen per hari di hutan dataran tinggi. Adanya proses tersebut menyebabkan kandungan humus selalu mencukupi, yang selanjutnya akan mendukung penyediaan unsur hara untuk vegetasi di atasnya.
Unsur hara yang dapat dimanfaatkan tumbuhan hanya ada dipermukaan tanah, terkonsentrasi pada lapisan humus. Penyerapan unsur hara tersebut oleh tumbuhan didukung adanya sistem perakaran dengan akar rambut yang tebal dan adanya mikoriza. Hal ini menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tumbuhan menjadi lebih optimal.
Dengan adanya proses pemupukan alami dan didukung sistem penyerapan unsur hara yang optimal tanah hutan tropis yang miskin mampu mendukung kehidupan tegakan diatasnya. Dapat dikatakan bahwa dalam siklus hara yang tertutup tersebut kandungan unsur hara terbesar terletak pada vegetasi atau tegakan hutan. Penelitian Ruhiyat (1983) di Kalimantan Timur tentang komposisi unsur hara di dalam tanah dan pada vegetasi adalah sebagai berikut :
|
![]() |
Gambar Hubungan Kandungan Unsur Hara di dalam Vegetasi dan di dalam Tanah
Sumber : Ruhiyat (1983) dalam Weidelt (1995)
Peranan vegetasi dalam ekosistem hutan tropis ini
akan semakin terlihat apabila sistem atau siklus hara tertutup tersebut
mengalami gangguan, sebagai contoh adalah adanya perladangan berpindah.
Sistem perladangan berpindah yang dilakukan dengan tebas dan bakar
(slash and burn) pada awalnya kesuburan tanahnya tinggi, bahan-bahan organik yang terbakar berfungsi pula sebagai pupuk. Namun dalam kasus ini tanah
hutan akan kehilangan fungsinya, yaitu fungsi-fungsi penyaring dan
pemompa. Akan lebih parah lagi apabila lapisan humus yang ada juga
mengalami kerusakan , hal ini menyebabkan turunnya KPK. Hal lain yang
hilang karena kebakaran adalah mikoriza dalam tanah. Kesuburan tanah akan menurun setelah panen pertama dan apabila dilanjutkan tanah akan semakin kurus atau tandus.
D. Peranan Manusia
Campur tangan manusia pada ekosistem hutan alam pada umumnya merupakan gangguan terhadap ekosistem tersebut. Bentuk campur tangan tersebut dapat berupa perladangan berpindah, konversi untuk penggunaan yang lain, kegiatan pembalakan hutan dan lain-lain.
Perladangan berpindah merupakan sistem pemanfaatan landang tradisional. Sistem ini tidak hanya dikenal di Indonesia, namun dilakukan pula di beberapa daerah tropis lainnya, seperti Filiphina dengan istilah Kaingin, Mexiko dan Amerika Tengah dengan istilah Milpa, di Venezuela dengan istilah Conuco, di Kolumbia disebut Colono dan di Brasilia dengan istilah Roca.
Konversi hutan tropis untuk penggunaan yang lain juga banyak terjadi. Sebagai contoh adalah perubahan lahan hutan tropis menjadi padang rumput untuk kepentingan peternakan. Perubahan menjadi areal penggembalaan tidak hanya merusak vegetasi namun juga mengakibatkan kerusakan tanah hutan tropis.
Pengaruh yang lain adalah adanya pemanfaatan hasil hutan oleh manusia, baik dalam bentuk kayu (kayu perkakas, kayu bakar) dan juga pemanfaatan hasil hutan non kayu. Kebutuhan kayu sebagai bahan bakar (kayu bakar) di negara-negara tropis sangat tinggi. Lebih dari 80 % konsumsi kayu adalah untuk kayu bakar.
E. Faktor Abiotis dan Faktor Biotis Lainnya
Faktor-faktor lain yang berpengaruh, baik faktor abiotis dan faktor biotis mencakup angin, aktivitas vulkanik, api serta binatang.
1. Angin
Angin dapat pula dimasukkan dalam faktor iklim. Efek Mekanis dan fisiologis angin terhadap vegetasi seperti halnya yang terjadi pada wilayah iklim campuran. Hal yang tidak dapat dibandingkan adalah seringnya terjadi badai di daerah tropis atau siklon tropis. Adanya siklon ini sangat membahayakan tegakan, tidak hanya merusak hutan alam yang ada, merusak suksesi yang telah berlangsung dan bahkan lebih berbahaya untuk hutan tanaman.
Hutan dapat mengurangi kecepatan pergerakan angin. Freise (1936) dalam Weidelt (1995) telah mengukur kecepatan angin di hutan hujan tropis di wilayah Brasilia bagian Selatan. Hasil Pengukuran adalah sebagai berikut :
D. Peranan Manusia
Campur tangan manusia pada ekosistem hutan alam pada umumnya merupakan gangguan terhadap ekosistem tersebut. Bentuk campur tangan tersebut dapat berupa perladangan berpindah, konversi untuk penggunaan yang lain, kegiatan pembalakan hutan dan lain-lain.
Perladangan berpindah merupakan sistem pemanfaatan landang tradisional. Sistem ini tidak hanya dikenal di Indonesia, namun dilakukan pula di beberapa daerah tropis lainnya, seperti Filiphina dengan istilah Kaingin, Mexiko dan Amerika Tengah dengan istilah Milpa, di Venezuela dengan istilah Conuco, di Kolumbia disebut Colono dan di Brasilia dengan istilah Roca.
Konversi hutan tropis untuk penggunaan yang lain juga banyak terjadi. Sebagai contoh adalah perubahan lahan hutan tropis menjadi padang rumput untuk kepentingan peternakan. Perubahan menjadi areal penggembalaan tidak hanya merusak vegetasi namun juga mengakibatkan kerusakan tanah hutan tropis.
Pengaruh yang lain adalah adanya pemanfaatan hasil hutan oleh manusia, baik dalam bentuk kayu (kayu perkakas, kayu bakar) dan juga pemanfaatan hasil hutan non kayu. Kebutuhan kayu sebagai bahan bakar (kayu bakar) di negara-negara tropis sangat tinggi. Lebih dari 80 % konsumsi kayu adalah untuk kayu bakar.
E. Faktor Abiotis dan Faktor Biotis Lainnya
Faktor-faktor lain yang berpengaruh, baik faktor abiotis dan faktor biotis mencakup angin, aktivitas vulkanik, api serta binatang.
1. Angin
Angin dapat pula dimasukkan dalam faktor iklim. Efek Mekanis dan fisiologis angin terhadap vegetasi seperti halnya yang terjadi pada wilayah iklim campuran. Hal yang tidak dapat dibandingkan adalah seringnya terjadi badai di daerah tropis atau siklon tropis. Adanya siklon ini sangat membahayakan tegakan, tidak hanya merusak hutan alam yang ada, merusak suksesi yang telah berlangsung dan bahkan lebih berbahaya untuk hutan tanaman.
Hutan dapat mengurangi kecepatan pergerakan angin. Freise (1936) dalam Weidelt (1995) telah mengukur kecepatan angin di hutan hujan tropis di wilayah Brasilia bagian Selatan. Hasil Pengukuran adalah sebagai berikut :
LOKASI PENGUKURAN | KECEPATAN ANGIN |
Tempat Terbuka (150 m dari tepi hutan) |
0,63 km/jam |
100 m di dalam tegakan | 0,13 km/jam |
1100m di dalam tegakan | 0 km / jam (tidak ada angin |
Angin merupakan faktor lingkungan yang penting,
yang berperan dalam mengalirkan udara baru yang banyak mengandung
karbondioksida. Apabila tidak ada angin kandungan karbondioksida dalam
hutan tidak tercukupi.
2. Aktivitas Vulkanik
Di beberapa wilayah tropis kegiatan gunung berapi dapat membawa akibat yang cukup panjang pada lingkungan. Lava atau material panas yang lain dapat melumat seluruh hutan yang ada. Areal yang luas akan tertutup oleh hujan debu. Pengaruh terhadap tempat tumbuh dalam jangka pendek tidak menguntungkan, namun dalam jangka panjang kegiatan vulkanis itu akan menguntungkan (kesuburan tanah).
3. Binatang
Binatang dalam kaitannya dengan ekosistem hutan dapat berperan positif dan negatif. Binatang dapat menimbulkan kerusakan, dari kerusakan yang kecil sampai besar. Sebaliknya binatang juga mampu membantu dalam proses penyerbukan dan perkembangbiakan.
4. Api
Api juga merupakan faktor lingkungan yang penting. Bahaya api akan semakin besar dengan meningkatnya intensitas kekeringan. Suatu savana yang luas terbentuk karena adanya kebakaran yang tidak teratur dalam jangka waktu tertentu. Sabana dalam ekologi dapat disebut sebagai klimaks api.
Apabila kebakaran lebih sering terjadi, suatu tempat yang semula berupa hutan yang hijau di musim penghujan akan berubah struktur vegetasinya. Pada umumnya vegetasi yang ada akan bergeser, hanya jenis-jenis yang mampudi tempat kering, miskin hara saja yang dapat bertahan.
Sebagai contoh : Hutan tropis kering yang kaya akan jenis di Afrika terdegradasi berubah menjadi Savana Akasia.
Kebakaran hutan juga dapat terjadi karena petir atau pemanasan alamiah, namun kebanyakan disebabkan ulah manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Maxwald (1982) dalam Weidelt (1995) kebakaran hutan yang terjadi di Venezuela 98% disebabkan oleh ulah manusia. Api dapat berasal dari sistem pembukaan ladang, para pemburu dan sering pula karena kelalaian dan ketidak sengajaan.
RANGKUMAN
1. Daerah tropis merupakan daerah yang terletak antara 23027’ Lintang Utara dan 23027’ Lintang Selatan dan berada di antara garis isoterm 180C bulan terdingin.
2. Faktor-Faktor iklim yang penting di daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur ialah Suhu Udara, Curah Hujan dan Cahaya.
3. Tanah hutan di daerah tropis memiliki KTK yang rendah, untuk menunjang pertumbuhan vegetasi di atasnya maka di Hutan Tropis terjadi Siklus Hara Tertutup
4. Manusia di daerah tropis turut berperan bagi hutan tropis, sebagian peranan manusia yaitu dalam konversi lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya.
5. Faktor-faktor abiotis dan biotis yang turut berpengaruh terhadap hutan di daerah tropis antara lain angin, aktivitas vulkanik, aktivitas binatang dan api.
DAFTAR PUSTAKA
Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
2. Aktivitas Vulkanik
Di beberapa wilayah tropis kegiatan gunung berapi dapat membawa akibat yang cukup panjang pada lingkungan. Lava atau material panas yang lain dapat melumat seluruh hutan yang ada. Areal yang luas akan tertutup oleh hujan debu. Pengaruh terhadap tempat tumbuh dalam jangka pendek tidak menguntungkan, namun dalam jangka panjang kegiatan vulkanis itu akan menguntungkan (kesuburan tanah).
3. Binatang
Binatang dalam kaitannya dengan ekosistem hutan dapat berperan positif dan negatif. Binatang dapat menimbulkan kerusakan, dari kerusakan yang kecil sampai besar. Sebaliknya binatang juga mampu membantu dalam proses penyerbukan dan perkembangbiakan.
4. Api
Api juga merupakan faktor lingkungan yang penting. Bahaya api akan semakin besar dengan meningkatnya intensitas kekeringan. Suatu savana yang luas terbentuk karena adanya kebakaran yang tidak teratur dalam jangka waktu tertentu. Sabana dalam ekologi dapat disebut sebagai klimaks api.
Apabila kebakaran lebih sering terjadi, suatu tempat yang semula berupa hutan yang hijau di musim penghujan akan berubah struktur vegetasinya. Pada umumnya vegetasi yang ada akan bergeser, hanya jenis-jenis yang mampudi tempat kering, miskin hara saja yang dapat bertahan.
Sebagai contoh : Hutan tropis kering yang kaya akan jenis di Afrika terdegradasi berubah menjadi Savana Akasia.
Kebakaran hutan juga dapat terjadi karena petir atau pemanasan alamiah, namun kebanyakan disebabkan ulah manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Maxwald (1982) dalam Weidelt (1995) kebakaran hutan yang terjadi di Venezuela 98% disebabkan oleh ulah manusia. Api dapat berasal dari sistem pembukaan ladang, para pemburu dan sering pula karena kelalaian dan ketidak sengajaan.
RANGKUMAN
1. Daerah tropis merupakan daerah yang terletak antara 23027’ Lintang Utara dan 23027’ Lintang Selatan dan berada di antara garis isoterm 180C bulan terdingin.
2. Faktor-Faktor iklim yang penting di daerah tropis yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur ialah Suhu Udara, Curah Hujan dan Cahaya.
3. Tanah hutan di daerah tropis memiliki KTK yang rendah, untuk menunjang pertumbuhan vegetasi di atasnya maka di Hutan Tropis terjadi Siklus Hara Tertutup
4. Manusia di daerah tropis turut berperan bagi hutan tropis, sebagian peranan manusia yaitu dalam konversi lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya.
5. Faktor-faktor abiotis dan biotis yang turut berpengaruh terhadap hutan di daerah tropis antara lain angin, aktivitas vulkanik, aktivitas binatang dan api.
DAFTAR PUSTAKA
Weidelt, H. J, 1995, Silvikultur Hutan Alam Tropika (Diterjemahkan oleh : Nunuk Supriyanto), Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Ini Profil Hakim Parlas, Pengetok Vonis Bebas Pembakar Lahan
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) 1985 itu telah berkeliling ke beberapa provinsi sebelum menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri Palembang (PN Palembang) pada November 2014.
Parlas sempat menjadi sorotan media di Palembang saat vonis suap APBD Musi Banyuasin terkait operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), beberapa waktu lalu.
Saat itu, ia dinilai tegas dan mendukung korupsi setelah menjatuhkan vonis 30 bulan penjara pada terdakwa Syamsudin Fei dan Faisyar. Lebih tinggi 6 bulan dari tuntutan jaksa.
Belakangan ini Parlas dibully khalayak luas terkait kontroversi vonis bebas PT Bumi Mekar Hijau (BMH) atas tuduhan merugikan negara Rp 7,9 triliun yang diajukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hakim Parlas jadi orang yang paling disorot. Dalam pertimbangannya, Parlas menyebutkan bahwa membakar hutan tidak merusak lingkungan karena bisa ditanami lagi.
Usai sidang vonis pada Rabu, 30 Desember 2015 itu, kritikan kepada Parlas mulai bermunculan. Hujatan lewat dunia maya meluas bahkan laman Pengadilan Negeri Palembang juga diretas.
![]() |
Nama : Parlas Nababan
NIP : 19610103.198512.1.001
Tempat / Tanggal Lahir : Rura Julu, 03 Januari 1961
Jabatan : Wakil Ketua Pengadilan Negeri Klas IA Khusus Palembang
Golongan : IV/d
Pendidikan : S2 IBLAM Jakarta, 2004
S1 Universitas Sumatera Utara, 1985
Riwayat Pekerjaan:
Wakil Ketua PN Palembang : November 2014
Wakil ketua PN Kupang : Februari 2014
Hakim PN Bandung : 2012
Ketua PN Bau Bau : 2011
Hakim PN Makassar : 2008
Wakil Ketua PN Limboto : 2005
Hakim PN Sumedang : 2000
Hakim PN Kalabahi : 1995
Hakim PN Muara Bulian : 1989
CPNS/Cakim PN Tebing Tinggi : 1985-1989
Klasifikasi Hutan
Hutan yang merupakan kumpulan
pohon-pohon pada hamparan yang luas dapat digolongkan menurut tujuan
pengelolaan sebagai berikut :
1. Susunan Jenis
Hutan murni ialah hutan yang
seluruhnya atau hampir semua dari jenis yang sama.
Hutan campuran ialah hutan yang tersusun dari dua atau lebih jenis pohon.
Baik hutan murni atau campuran dapat berupa seumur, tidak seumur atau segala umur.
Hutan campuran ialah hutan yang tersusun dari dua atau lebih jenis pohon.
Baik hutan murni atau campuran dapat berupa seumur, tidak seumur atau segala umur.
2. Kerapatan Tegakan
Hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah
pohon dan volume per hektar, luas bidang dasar dan kriteria lainnya.
Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat bila menggunakan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar, dan jumlah batang per hektar dapat diketahui melalui pengukuran. Untuk lebih praktis ada kelas kerapatan tajuk yaitu:
Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat bila menggunakan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar, dan jumlah batang per hektar dapat diketahui melalui pengukuran. Untuk lebih praktis ada kelas kerapatan tajuk yaitu:
Wednesday, 17 February 2016
Sistem Pengelolaan Sektor Kehutanan Perlu Diperbaiki
Ilustrasi Hutan (JG)
Jakarta - Sistem atau mekanisme
pengelolaan sumber daya alam (SDA) bidang kehutanan di Tanah Air perlu
diperbaiki. Saat ini, banyak proses terkait alokasi kawasan hutan dan lahan
yang masih menggunakan mekanisme insecure property rights (legal tidak legitimate/LTL)
yang membuat semua informasi terkait SDA kehutanan lebih dikuasai oleh swasta
atau perorangan yang mendapatkan perizinan. Penerapan mekanisme itu menyebabkan
negara berpotensi kehilangan kekayaannya sebesar Rp 4-5 triliun per tahun dari
sektor kehutanan.
Mengintip Skripsi Jokowi
Dari
sekian banyak pemberitaan mengenai Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi,
nampaknya masih belum ada yang mengulas skripsi yang ditulisnya semasa kuliah.
Jokowi
masuk ke Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada pada tahun 1980. Saat itu sektor kehutanan sedang dalam masa-masa
kejayaannya. Sehingga merupakan hal yang wajar banyak yang memilih Fakultas
Kehutanan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, Jokowi
tentunya punya alasan tersendiri dengan memilih jurusan Teknologi Hasil Hutan
di Fakultas Kehutanan.
PENGERTIAN DAN DEFINISI HUTAN
Hutan bukan hanya sekumpulan individu pohon tetapi merupakan suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks, terdiri dari pohon juga tumbuhan bawah, jasad renik tanah, dan hewan lainnya. Satu sama lainnya terjadi hubungan ketergantungan.
Hutan
merupakan suatu ekosistem yang dibentuk atau tersusun oleh berbagai komponen
yang tidak bisa berdiri sendiri, tidak dapat dipisah-pisahkan, bahkan saling
mempengaruhi dan saling bergantung. Banyak yang memberi definisi dan pengertian
tentang hutan. Pada Undang - Undang RI No. 41 Tahun 1999 mencantumkan Hutan
adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pendapat lain mendefinisikan Hutan
sebagai lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri
dkk., 1992).
DEFINISI DAN PENGERTIAN SILVIKULTUR
Banyak yang memberikan definisi
tentang Silvikultur. Definisi-definisi tersebut sebagai berikut :
- Seni untuk memproduksi dan memelihara hutan.
- Penerapan ilmu pengetahuan silvika dalam memperlalukan hutan.
- Teori dan praktek pengendalian, pembentukan komposisi dan pertumbuhan hutan.
- Ilmu dan seni membudidayakan hutan tanaman.
Pengertian Silvikultur menurut
Society of American Foresters (1950):
HUTAN MENURUT FUNGSINYA
Mahasiswa Kehutanan Wajib Tau nih.......
Kehutanan
adalah kegiatan menggunakan hasil hutan. Hutan merupakan sumber daya alam yang
dapat diperbarui. Manfaat hutan, misalnya penghasil kayu, mencegah banjir dan
erosi, sebagai obyek wisata, serta sebagai paru-paru dunia. Hasil hutan antara
lain, kayu, rotan dan damar.
Berdasarkan
fungsinya, hutan dibedakan menjadi lima jenis, antara lain sebagai berikut :
Jenis-jenis Pohon Yang Biasa Ditanam Sebagai Pohon Peneduh Jalan
Apa
yang anda lihat dan rasakan di sepanjang jalan raya ketika Anda melewatinya?
Pasti deretan pepohonan yang rindang bukan? Wah kalau di kota-kota besar
apalagi di Cilegon dan serang kayaknya maish kurang ya pepohonan rindang di
kanan-kiri jalan. Pohon merupakan salah satu unsur yang penting bagi kehidupan,
terutama kehidupan bagi manusia. Karena pohon mempunyai banyak manfaat seperti
sebagai penghasil oksigen, Pencegah banjir dan longsor, melawan pencemaran
udara, penyimpan air hujan dan Mengurangi pemanasan global. Tahukah Anda jika
pohon-pohon yang berada disepanjang jalan itu sangat bermanfaat apalagi ketika
cuaca sedang panas-panasnya, pasti hal yang sering Anda lakukan ketika berada
di jalan raya atau tempat umum lainnya adalah meneduh di tempat yang rindang
atau teduh. Namun untuk menanam pohon sebagai pohon peneduh sendiri tidak boleh
asal pohon saja, harus ada kriteria sendiri jenis pohon yang akan dijadikan
sebagai pohon peneduh.
Berikut
kriterianya :
Subscribe to:
Posts (Atom)
Entri Populer
-
Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan ( RKT) Penyuluhan Pertanian oleh Lis Sutrisno 0908114628 Prodi Kehutanan, Fakultas Pertania...
-
Inventarisasi Hutan - Forest Inventory (Inggris) - Bosch Inventarisatie (Belanda) yg berarti kegiatan utk mengumpulkan informasi tentang ...
-
Alat ukur diameter pohon : Pita ukur (pita keliling dan pita diameter/ phiband ) Apitan pohon (ca...
-
http://www.ziddu.com/download/17628616/Alat-alatInventarisasiHutan.pdf.html
-
PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU P EMBUATAN CUKA KAYU ( wood vinegar ) Lis Sutrisno Mardianti...
-
Jakarta - Pelbagai kengerian tentang masa depan umat manusia, terutama bencana yang diakibatkan kerusakan lingkungan semakin menyebar. ...
-
klik disini untuk download
-
Secara geografis daerah tropis mencakup wilayah yang terletak di antara titik balik rasi bintang Cancer dan rasi bintang Capric...