Saturday 24 December 2011

GAGASAN PERDAGANGAN KARBON: Sanggupkah memberikan manfaat bagi hutan tropis?





Diantara sebagian besar manfamnya saat ini muncul paradigma baru tentang peran hutan sebagai penyimpan karbon. Disebutkan bahwa biomas pohon dan vegetasi di hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh mahluk hidup di muka bumi.
Emisi (buangan) industri merupakan sumber kerusakan utama terbentuhya karbon di atmosfir yang menyebabkan terjadinya pemanasan bumi ("global warming") dan perubahan iklim. "Kyoto Protokol 1997" dengan United Nation Framework Convention on Climate Change-nya membuat suatu mckanisme baru dimana negara-negara industri dan negara penghasil polutan terbesar diberi kesempatan untuk melakukan kompensasi dengan cara membayar negara-negara berkembang untuk mencadangkan hutan tropis yang mereka miliki sehingga tedadi "sequestration" atau penyimpanan sejumlah besar karbon.
Proyek seperti ini mempunyai peluang yang cukup menarik bagi sejumlah masyarakat yang percaya bahwa upaya konservasi hutan tropis akan sulit dilakukan jika, seperti haInya layanan masyarakat, manfaat terhadap lingkungan tersebut fidak dinilai secara layak dengan uang atau melalui sistem pembayaran.
Kebanyakan penelitian tentang isu ini difokuskan pada aspek teknis kelayakan perdagangan karbon, seperti metodologi pengukuran karbon dan proyek penghitungan biaya penurunan emisi. Sebaliknya, pada tahun 1998, CIFOR menjajaki berbagai isu sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan perdagangan karbon - bidang yang sampai sejauh ini mendapat sedikit perhatian.
Pada tahun 1998, CIFOR mengadakan kerjasama dengan Universitas Maryland untuk menyusun suatu kerangka dasar bahan dialog international yang akan mempertimbangkan proyek carbon sequestration dan merancang suatu pedoman yang menjamin bahwa proyek tersebut akan memberikan dampak positif dari segi sosial dan lingkungan. Tidak seperti kebanyakan gagasan kebijakan lainnya di bidang ini, dialog juga akan melibatkan pandangan beberapa perwakilan berbagai kelompok yang berurusan langsung dengan pemanfaatan hutan tropis.
Hasil konferensi akan memberikan informasi penting tentang latar belakang upaya yang akan dilakukan pada tahun 2000 untuk menentukan mekanisme penerapan "carbon sequestration" sesuai Kyoto Protocol. Temuan ini juga diharapkan menarik banyak perhatian lembaga-lembaga pengembangan kehutanan, lingkungan dan ekonomi yang terlibat dalam isu kebijakan penting ini.
Dengan bantuan dana dari Agency for International Development atau Badan Pembangunan Internasional, USA, pada tahun 1998 CIFOR melakukan dua buah kajian yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jauh yang bermanfaat bagi para penanam modal serta tuan rumah untuk merencanakan dan mempromosikan penggunaan gagasan "carbon sequestration" ini. Di kedua proyek ini, para, ilmuwan CIFOR bekerjasama dengan para peneliti dari Tropical Agronomy Teaching and Research Centre (CATIE) dan Centre for Social and Economic Research on the Environmental (CSERGE) pada University College London.
Studi pertama menyelidiki tentang dampak program nasional inovatif di Costa Rica yang memberikan pembayaran periodik kepada para pemilik lahan swasta untuk menyerahkan haknya kepada pemerintah dalam rangka "menjual" jasa lingkungan dari lahan hutan yang mereka miliki (termasuk penyimpanan karbon). Peneliti melakukan wawancara dengan para pemilik lahan hutan dan lainnya di Kawasan Konservasi Pusat Cordillera Volcanica yang tercakup dalam program tersebut. Sejumlah kriteria dan indikator ekologi, sosial dan ekonomi direncanakan dengan tujuan untuk menganalisa persepsi tentang manfaat kegiatan permudaan dan perlindungan hutan serta pembangunan hutan tanaman di dalam kawasan yang tercakup dalam program kompensasi ini dibandingkan. dengan alternatif pemanfaatan lahan yang ditawarkan pada umumnya yaitu peternakan secara. ekstensif
Para peneliti menemukan bahwa program di Costa Rica ini menawarkan suatu model yang memudahkan negara tuan rumah untuk mengambil keuntungan dari kesempatan tersedianya dana yang dapat diperoleh melalui perdagangan karbon tanpa harus merusak rencana tata guna lahan secara nasional. Bagaimanapun juga mereka mengingatkan bahwa model tersebut mungkin tidak sesuai bagi negara yang sangat miskin (tidak seperti Costa Rica) dimana mereka tidak mampu untuk memungut pajak dari masyarakat untuk membiayai program tersebut, atau bagi negara yang upaya konservasi hutannya tidak mendapatkan prioritas nasional yang tinggi.
Studi yang kedua dirancang untuk menentukan motivasi dan. kepedulian yang mempengaruhi suatu. keputusan untuk ikut berperan serta dalarn proyek penyimpanan karbon. Mereka yang diwawancara adalah 27 investor pionir terkemuka di bidang perdagangan pelayanan penyimpanan karbon, termasuk investor, perantara (broker), pengembang proyek, pengelola dana dan lembaga pernerintah di United States, United Kingdom dan Eropa.
Meskipun hasil survey mengindikasikan bahwa hubungan masyarakat merupakan alasan utama untuk ikut serta dalam program perdagangan karbon ini, namun efektifitas biaya tetap menjadi pertimbangan utama yang penting. Hasil ternuan. menyatakan bahwa pendekatan yang di dorong oleh pasar secara. murni tanpa adanya aturan. cenderung mengutamakan efisiensi penggunaan karbon dan mengabaikan pertimbangan. sosial dan lingkungan. Meskipun demikian tampak pertanda yang cukup menggembirakan bahwa para investor pionir memperhatikan kepentingan. manfaat sosial dan lingkungannya.
Berdasarkan studi yang dilakukan, para peneliti menyimpulkan bahwa penilaian tahap awal perdagangan karbon yang dianggap merupakan pernecahan "win-win" (menguntungkan kedua belah pihak) bagi seluruh stakeholder mungkin dianggap terlalu optimis. Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan beberapa kondisi dimana proyek penyimpanan karbon di bidang kehutanan ini mungkin sesuai untuk diterapkan. Disamping itu mereka juga menyoroti beberapa aspek pengamanan yang mungkin diperlukan.

http://www.cifor.org/publications/Html/AR-98/Bahasa/Carbon.html

No comments:

Post a Comment

Entri Populer